INOVASI KAYU MANIS
Kayu manis (Cinnamomum sp.) merupakan salah satu komoditas unggulan di sektor perkebunan Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Penggunaannya sebagai rempah-rempah, bahan obat, hingga aroma terapi menjadikan kayu manis sangat diminati di pasar domestik maupun internasional. Untuk meningkatkan nilai tambah, inovasi pengolahan kayu manis menjadi cinnamon powder (bubuk kayu manis) dan pemanfaatan limbah kulit kayu manis menjadi briket dapat menjadi solusi yang ramah lingkungan sekaligus mendukung ekonomi sirkular.

1.Produksi Cinnamon Powder
Cinnamon powder adalah hasil olahan kayu manis yang diproses menjadi bubuk halus sehingga lebih praktis digunakan oleh konsumen. Proses ini dimulai dengan pemilihan kayu manis berkualitas, pengeringan untuk mengurangi kadar air, serta penggilingan hingga menjadi bubuk. Keunggulan cinnamon powder dibandingkan bentuk batangnya adalah lebih mudah dikemas, disimpan, dan diaplikasikan pada berbagai produk seperti makanan, minuman, dan kosmetik. Selain itu, bentuk bubuk memiliki daya saing tinggi di pasar global karena banyak digunakan oleh industri kuliner.
Pembuatan cinnamon powder atau bubuk kayu manis dimulai dengan memilih batang kayu manis yang berkualitas tinggi, utuh, dan bebas dari jamur atau kerusakan. Setelah itu, batang kayu manis dibersihkan dengan kain bersih atau sikat lembut untuk menghilangkan debu dan kotoran tanpa mencucinya dengan air, agar kadar airnya tetap rendah. Selanjutnya, batang kayu manis dikeringkan di bawah sinar matahari atau dalam oven bersuhu rendah (50–60°C) hingga benar-benar kering dan kadar airnya berkurang. Setelah kering, batang dipotong kecil-kecil atau dihancurkan kasar agar mudah digiling.
Potongan kayu manis kemudian digiling menggunakan blender atau mesin penggiling hingga menjadi bubuk halus. Bubuk yang sudah digiling disaring dengan ayakan halus untuk memisahkan partikel yang belum halus. Hasil bubuk yang lolos ayakan langsung siap digunakan, sementara yang belum halus bisa digiling ulang. Terakhir, bubuk kayu manis dikemas dalam wadah kedap udara, seperti botol kaca atau plastik zip lock, untuk menjaga kesegaran dan aromanya. Bubuk ini sebaiknya disimpan di tempat yang kering, bersih, dan jauh dari sinar matahari agar tetap awet dan berkualitas. Proses ini sederhana dan memungkinkan kayu manis menjadi lebih praktis untuk digunakan.
- Pemanfaatan Limbah Kulit Kayu Manis sebagai Briket
Selama proses pengolahan kayu manis, limbah kulit kayu sering kali terbuang dan tidak dimanfaatkan secara maksimal. Namun, limbah ini memiliki potensi untuk diolah menjadi briket biomassa. Limbah kulit kayu manis memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup tinggi, sehingga dapat dikompres menjadi bahan bakar alternatif. Proses pembuatan briket meliputi penghancuran limbah, pengeringan, pencampuran dengan bahan perekat alami, dan pemadatan menggunakan mesin briket. Briket dari kulit kayu manis memiliki nilai kalor yang baik, ramah lingkungan, dan dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri.
Pembuatan briket dari limbah kulit kayu manis dimulai dengan pengumpulan dan pembersihan limbah kulit kayu manis. Limbah yang telah terkumpul dibersihkan dari kotoran seperti tanah dan debu untuk memastikan kualitas briket yang dihasilkan. Setelah itu, limbah dikeringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan oven pengering hingga kadar airnya berkurang menjadi sekitar 15%. Proses selanjutnya adalah penghancuran limbah menggunakan mesin penghancur atau alat manual seperti palu, sehingga limbah menjadi serbuk halus atau serpihan kecil.
Tahap berikutnya adalah pembuatan perekat dengan melarutkan tepung tapioka atau tepung kanji dalam air panas dengan perbandingan 1:10. Serbuk limbah kulit kayu manis kemudian dicampur dengan larutan perekat dalam wadah besar dengan perbandingan sekitar 85% serbuk dan 15% larutan perekat. Campuran ini diaduk hingga merata dan membentuk adonan yang mudah dibentuk. Adonan tersebut dimasukkan ke dalam cetakan briket, kemudian ditekan dengan kuat hingga padat dan berbentuk rapi.
Briket yang sudah dicetak dijemur di bawah sinar matahari selama 2–3 hari hingga benar-benar kering. Alternatif lain, briket dapat dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60–70°C hingga kadar airnya mencapai sekitar 10%. Setelah kering, briket disimpan dalam wadah atau tempat yang terlindung dari kelembapan. Briket yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, ekonomis, dan mendukung pengelolaan limbah secara berkelanjutan.